CARI

30 July 2013

Balita Yang Terus Menatap Saya



Ada balita yang terus menatap saya, di dalam bus kota jurusan Salemba - Kebayoran Lama.
Mungkin dia tahu, saya sudah berbuat dosa dengan lelaki beranak tiga.

Balita yang digendong dipangkuan ayahnya; dipegang-pegang di samping Ibunya.
Kerjanya hanya mengunyah kepalan tangan saja. Sela-sela jarinya sudah banjir air liur semua.

Saya tidak menghiburnya. Saya tidak memegang kepalanya atau kepalan tangannya.
Saya kehabisan tenaga,
hati dan raga remuk semua.

Balita tidak tertawa,
bahkan ketika digoda ayahnya.
Dia berempati melihat saya.
Bibir jadi pucat, atau mata jadi colong, atau rambut lupa ditata. Saya tidak sempat berkaca.
Hari sudah keburu senja ketika saya mulai duduk di belakangnya.

Sudah dua hari saya belum pulang, belum kena shower mandi dan sikat gigi.
"Besok ada ujian Aqidah. Aku menginap di rumah teman, ya" pamit saya pada orang tua.

Lalu saya mengumpulkan nyali. Saya berlari ke kamar kosong pengap dan sunyi. Meregangkan kedua kaki.

Sudah dua hari saya di sini. Tidak akan saya ingat-ngat: dilarangnya menangis, dilarangnya berteriak-teriak. Kalau tidak kuat, saya menggigit bantal kuat-kuat.
"Tunggu dua jam lagi!" sudah dari empat jam lalu dia berkata untuk kedua kali.
"Telan obat ini! Dan juga obat ini!" Delapan butir pil dicekokinya kembali.
.
Seperti keran di putar kepalanya. Menjelang sore, cairan kental memancar deras keluar dari sang liang.
Merah. Pekat. Banyak. Setengah ember dapat.

Tidak perlu lagi obat masuk angin pura-pura kusesapi. Tidak perlu lagi baju longgar kukenakan supaya body tersamakan. Tidak perlu lagi kekhawatiran di sekolah, di rumah, di depan Ibu-Ayah, ditampar lelaki yang tidur dengan saya.

Tidak akan pernah ada pemandangan balita seperti dia. Balita yang terus menatap saya. Digendong ayahnya; dipegang-pegang Ibunya.

Tenang saja... Tidak akan ada yang berteriak Papa. Hahaha.
Akan saya hadiahkan untuknya yang sedang berulang tahun ke tiga-puluh-tiga, dua liter darah pada kepalan tangan.


20 Juli 2013
Pada bulat mata balita di dalam bus kota menuju Salemba

16 comments:

  1. Kisah nyata pri? ^_#

    ReplyDelete
  2. Hadiah ulang tahun yang empp yang ehmpphhh aneh. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, ya.. enakan juga esgrim atau brownies kukus gitu :-/

      Delete
  3. haduh untung saya belum punya balita :D

    ReplyDelete
  4. Prie.... Lw udah keguguran....

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. Iya, aku sudah tahu kok perasaan kamu :")

      Delete
  6. Ini maknanya dalem banget deh, sukaaaaa ^^
    ayo menulis lagi hal-hal serupa, aprie :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya, Anggi :')
      Iya, seru juga coba-coba pikin prosa.

      Delete
  7. bahasa tingkat tinggi, yang punya otak 1/2 mateng kaya gw harus baca berualng-ulang baru ngerti but overall nice...

    ReplyDelete